Rabu, 17 Februari 2016

Distributor FROZEN FOOD di Bekasi (DICARI RESELLER)


Faktanya ummat islam, termasuk masyarakat Indonesia membutuhkan lebih banyak pengusaha, guna ikhtiar menjemput rezeki Allah, yang kata Rasulullah, bahwa 9 dari 10 pintu rezeki berada di perdagangan.

Ada yang merasa bahwa 'ucapan kompor' tersebut sebagai cambuk motivasi, ada pula yang merasa 'ucapan kompor' itu adalah penghinaan. Yah, terserah saja ~

Nah kalau begitu berikut inilah alasan kenapa harus menjadi pengusaha dan jangan menjadi karyawan :

1. Kalau karyawan, dari pertama melamar kerja, sampai mau berhenti kerja, harus memberi waktu, tenaga, stamina, jasa, dan sebagainya, barulah dia bakal dibayar (digaji). Kalau dia sedang sakit, atau ada halangan, sehingga tidak bisa kerja, tidak bisa memberi waktu, maka dia tidak dibayar (tidak digaji).

2. Kalau pengusaha, awal-awalnya dia harus kerja, baru dapat bayaran. Tapi, lama-lama, nanti dia nggak usah kerja pun, dia bakal dapat bayaran. Mau dia lagi sakit, uang bakal tetap masuk ke kantong dia. Mau dia lagi jalan-jalan, uang bakal tetap masuk ke kantong dia.

3. Lebih baik kecil jadi bos, daripada gede jadi kulit. Kuli kerja, ntar dapat makan. Kuli nggak kerja, nggak dapat makan. Kalau bos, kerja atau nggak kerja pun dapat makan.

4. Karyawan, memiliki sifat 11P. Yakni, Pergi Pagi Pulang Petang Pinggang Pegel Pala Pusing Penghasilan Pas-Pasan. Hehehe!

5. Karyawan, kudu kerja seharian, hampir 12 jam, kurang lebih, selama 5-6 hari. Waktunya diatur-atur orang.

6. Karyawan, berangkat kerja ketika anaknya belum bangun. Kemudian pulang kerja sampai ke Rumah ketika anaknya sudah tidur. Bulan depan, nanti anaknya bakal manggil ayahnya dengan panggilan "Om", dan bakal manggil ibunya dengan panggilan "Tante."

7. Pengusaha, ngerti benar bahwa anak itu adalah titipan dari Allah, dan harus diasuh oleh orang tuanya.

8. Kalau menurut karyawan, anak itu titipan dari Allah. Tapi malah ia titipkannya lagi ke pembantu. #GUBRAK!

9. Karyawan, penghasilannya terbatas. Pengusaha, penghasilannya nggak tentu. Kadang banyak, kadang banyak banget. Hehehe!

10. Karyawan, kadang nggak belajar kebijaksaan, nggak apa-apa.

11. Pengusaha, mau atau nggak mau, wajib belajar kebijaksanaan.

12. Karyawan, sering dimarahin sama bos melulu. Bikin gondok, bikin kesel. #CubitBoneka

13. Karyawan datang harus pagiiiii banget. Kalau terlambat sekian detik, dimarahin. Sedangkan si bos datangnya siang melulu!

14. Kalau jadi pengusaha, insya Allah bisa cepat menikah. Bisa menikah muda.

15. Kalau jadi karyawan, di beberapa tempat kerja, susah resignnya. Harus ada syarat minimal kerja disana selama sepersekian abad dulu, baru bisa resign. #TepokJidat

16. Kalau jadi karyawan, di beberapa tempat kerja, kalau mau resign, harus bayar 10 juta. Ada yang harus bayar 20 juta. Ada yang harus bayar 30 juta. Ada pula yang harus bayar 50 juta. #Pingsan

17. Jadi pengusaha, membuka lapangan pekerjaan. Jadi bisa mengurangi jumlah pengangguran. #SoSweeet

18. Para pengusaha, memberikan sumbangan besar-besaran.

19. Para pengusaha, membangun Rumah Sakit, jadi dokter-dokter ada tempat untuk kerja.

20. Para pengusaha, membangun Maskapai Bandara, jadi pilot-pilot ada tempat untuk kerja.

21. Para pengusaha, membangun Bengkel, jadi montir-montir ada tempat untuk kerja.

22. Para pengusaha, membangun Restoran, Warung, Rumah Makan, Kedai, dan sebagainya, jadi koki-koki ada tempat untuk kerja.

23. Para pengusaha, membangun Sekolah dan Kampus, jadi guru dan dosen bisa bekerja, para pelajar bisa belajar.

24. Sepuluh sahabat Nabi yang dijamin masuk Syurga, ternyata hampir semuanya pedagang.

25. Empat sahabat Nabi, semuanya pedagang.

26. Istri kesayangan Nabi, juga pedagang.

27. Nabi juga pedagang.

28. Islam pun dibawa masuk ke Indonesia, oleh pedagang.

29. Sesepuh NU dan Muhammadiyah juga pedagang.

30. Serikat Dagang Islam saja turut memperjuangkan kemerdekaan negeri ini.

31. Rasulullah bersabda, "Berdaganglah engkau. Karena 9 dari 10 pintu rezeki berada di perdagangan." (HR. Ahmad)

32. Dari sahabat Rafi’ bin Khadij ia menuturkan: Dikatakan (kepada Rasulullah), “Wahai Rasulullah! Penghasilan apakah yang paling baik?” Beliau menjawab, “Hasil pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri, dan setiap perniagaan yang baik.” (HR. Ahmad, Ath-Thabrani, Al-Hakim, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).

33. ”Sesungguhnya sebaik-baik mata pencaharian adalah seorang pedagang.” (HR. Baihaqi)

34. Para pengusaha, menggerakkan roda ekonomi.

35. Para pengusaha, nggak perlu pakai jas dan dasi, tapi penghasilannya bisa melebihi yang pakai jas dan pakai dasi.

36. Kalau sudah maghrib, karyawan harus kejar-kejaran sama waktu. Nggak enak.

37. Kalau jadi karyawan, jarang-jarang update blog. Kalau jadi pengusaha, bisa sering-sering update blog.

38. Kalau jadi pengusaha, bisa baca Al-Qur'an 1 juz selama 1 hari.

39. Kalau jadi pengusaha, bisa sibuk ngurusin urusan ukhrowi. Gak ke Kantor melulu seharian.

40. Yeee gaji karyawan naiiik 3%~ Eh, malah disalip inflasi 6%. Uang Sekolah anak ikut naik pula. #GUBRAK!

41. Karyawan, kadang nggak selera makan. Gegara bayangin Kantor, teringat kerjaan, teringat atasan. #HiksHiks

42. Karyawan, sore-sore udah terjebat macet. Keseringan.

43. Karyawan, pagi-pagi pun terjebak macet. Keseringan.

44. Pagi-pagi, pengusaha bisa nganter anaknya Sekolah dan istrinya belanja.

45. Pagi-pagi, pengusaha bisa ngetweet.

46. Jam 8 malam, pengusaha bisa nemenin anak ngerjain PR. Jam 8 malam, beberapa karyawan asih sibuk ngerjain kerjaan kantor. Padahal pingin banget ngobrol sama orang tua, sama istri, sama anak. #HiksHiks

47. Beberapa bayinya karyawati, kalau menangis-nangis bukan mencari ibunya, tapi malah mencari baby sitternya. #HiksHiks

48. Karyawan, bangga kalau naik jabatan. Pengusaha, bangga kalau menaikkan jabatan karyawan-karyawannya.

49. Kalau karyawan, naik jabatan, biasanya waktu untuk keluarganya makin sedikit.

50. Kalau pengusaha, omzet naik, biasanya waktu untuk keluarganya makin banyak.

51. Kalau karyawan, senangnya dan ngarepnya difasilitasi.

52. Kalau pengusaha, senangnya dan ngarepnya memfasilitasi.

53. Kalau beberapa karyawan, capek kerjanya cuma mundar-mandir sambil foto copy doang.

54. Kalau beberapa karyawan, capek kerjanya cuma ngetik-ngetik di Microsoft Word dan Excel.

55. Beberapa karyawan, pas lagi asyik-asyik liburan, eh, malah ditelepon Kantor. Harus dijawab. Ingat kontrak. Nggak punya kebebasan waktu. #Wew


56. Beberapa karyawati, tidak diizinkan untuk ta'at kepada Allah dengan cara berpenampilan syar'i. Mereka dipaksa untuk tidak mengenakan kerudung. Atau, dipaksa mengenakan kerudung yang tidak syar'i.

57. Rasulullah Saw. bersabda, “Wahai Amru, sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh hamba yang Shalih...” (HR. Ahmad).

58. Karyawan, ketemu sama uangnya sebulan sekali. Jadi kurang akrab.

59. Pengusaha, ketemu sama uangnya setiap hari. Jadi lebih akrab.

60. Karyawan, udah malam-malam pun dimarah-marahin supaya bangun pagi-pagi banget.

61. Karyawan, melihat pemandangan nikmatnya orang liburan di hari libur, dikala diri sendiri tidak libur dan harus kerja.

62. Beberapa karyawan, tidak dimanusiakan sebagai manusia. #Miris

63. Kalau jadi karyawan, yang diasah malah otak kirinya terus.

64. Kalau jadi pengusaha, otak kanannya semakin terasah.

65. Kalau jadi karyawan, sering kreativitas, imajinasi, nggak dipakai. Kalau pun dipakai, kadang nggak dihargai.

66. Karyawan, kadang kudu pakai seragam dan busana formal.

67. Karyawan, mesti absen-absen segala lagi.

68. Karyawan, kadang kudu pura-pura rajin pas ada Bos.

69. Pengusaha, sering bisa lebih cepat naik haji.

70. Pengusaha, sering bisa lebih cepat menghajikan dan mengumrohkan orang tua.

71. Pengusaha, sering bisa lebih cepat memberikan orang tua perawatan yang terbaik.

72. Pengusaha, bisa lebih cepat mengurangi maupun meniadakan beban kerja ibu dan ayahnya, agar nggak perlu lagi capek-capek begitu. #Kasiaaannn

73. Beberapa karyawan, sedih jarang-jarang dekat sama orang-orang yang dicintai.
- 07.00-08.00 perjalanan berangkat kantor
- 08.00-16.00 kerja dikantor
- 16.00-17.00 perjalanan pulang kantor
- 17.00-19.00 istriahat, mandi, sholat, ngaji, dan lain-lain.
- 19.00-22.00 WAKTU BUAT KELUARGA (hanya 3 JAM )
- 22.00-04.00 Tidur
- 04.00-07.00 persiapan ngantor lagi
#TERLALU

74. Pada era industri dulu, kurang lebih ketika jaman penjajahan Belanda, menjadi karyawan adalah sesuatu yang hebat, bakal dipuji-puji. Sekarang, seperti itu sudah tidak jamannya lagi dipuji-puji.

75. Kalau karyawan, kadang sudah bekerja keras, sabar, telaten, teliti, nahan dimarahin, paksa-paksain mata yang sudah 5 watt, eh, gajinya dikit banget. Nggak sebanding dengan biaya kuliah yang ratusan juta. Gak sebanding dengan "biaya upah" untuk masuk kerjanya dan dapat proyeknya.

76. Pengusaha, keluar dari zona nyaman. Berkontribusi untuk negeri.

77. Pengusaha bergumam, waktu terus berjalan. Mau nunggu sampai kapan lagi untuk membahagiakan orang tua?

78. Karyawan, janji mau ngajak orang tuanya jalan-jalan ke 'Situ', tapi nggak jadi-jadi?

79. Karyawan, kadang pekerjaannya nggak sesuai dengan jiwanya. Sementara ada hal lain yang memanggil jiwanya.

80. Beberapa ibu Rumah Tangga, bisa punya bisnis kecil-kecilan di Rumah, tapi bisa juga ngantar anak Sekolah, anak les, ngajarin anak ngaji, main-main sama anak, bisa leluasa melayani suami, bisa leluasa dekat-dekat sama orang tua, tapi uang tetap masuk ke kantong. Nggak perlu capek-capek. #Sedaaaapp

81. Biasanya, pengusaha lebih bisa sholat fardhu berjama'ah di Mesjid dengan tepat waktu secara berjama'ah.

82. Terkadang, beberapa karyawan sholat fardhunya tidak tepat waktu, tidak di Mesjid, dan tidak berjama'ah.

83. Biasanya, pengusaha lebih bisa sholat dhuha, bahkan beberapa raka'at.

84. Terkadang, beberapa karyawan tidak sempat sholat dhuha.

85. Tinggalkan yang membuat kita lalai dengan kewajiban pada Allah. Jalan akan dibukakan bagi yang bertaqwa. Ingat QS. At-Thalaq ayat 2 dan 3.

86. Banci aja udah berani buka Salon. Masa' yang laki tulen belum berani?

87. Orang yang hobinya jadi karyawan, biasanya berdalih, "Nggak usahlah banyak-banyak duit. Yang penting keluarga udah bisa makan. Anak udah bisa Sekolah. Itu udah cukup." Tanpa dia khawatir apakah tetangganya sudah makan, apakah saudaranya bisa Sekolah.

88. Rasulullah bersabda, "....Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin lalu mengemis kepada manusia dgn menengadahkan tangan mereka....." (HR. Bukhari: 2537)

89. Rasulullah bersabda, "Kefakiran mendekatkan kepada kekufuran" (HR. Abu Na'im dari Anas). Ada yang bilang, bahwa hadits ini dhoif. Perlu diketahui dengan teliti, bahwa hadits dhoif itu berbeda dengan hadits maudhu. Andai pun kita lupakan sejenak hadits tersebut, nyatanya memang kita lihat ada orang miskin yang bersedia murtad, dengan begitu dia akan dikasih indomie karena dia belum makan. Ada pula yang tidak sholat Jum'at gegera mending ikut rapat ajah. Ada pula yang tidak sholat Jum'at gegera lebih mentingin nyetir angkot (sekali lagi, ini bukan karang-karangan. Ini fakta. Ini hasil curhatan. Dan di berita pun ada).

90. Rasulullah bersabda, "Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kefakiran dan kekufuran serta adzab kubur" (HR. Abu Dawud, Al-Nasai, dan Ahmad. Dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam dan Syu'aib al-Arnauth, beliau berkata: sanadnya kuat sesuai syarat Muslim).

91. Ustman bin Affan mendapat jaminan Syurga dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melalui harta yang dimilikinya. Yaitu saat dia mewaqafkan sumur Ruumah dan menginfakkan 300 ekor unta dan seribu Dinar pada perang Khandak. (HR. Bukhari, Bab: Manqib Utsman bin Affan)

92. Masih riwayat lain, bahwa orang yang menginfakkan dengan sepasang hartanya dipersilahkan masuk surga dari pintu mana saja yang ia kehendaki. Setiap penjaga pintu surga memanggil dan memprsilahkan ia masuk dari pintu tersebut. (HR. Bukhari dan Muslim)

93. Kalau jadi karyawan, kadang, beberapa diantaranya susah untuk zuhud dan qanaah. Karena ada yang siang-malam, terbayang kepingin punya mobil, kepingin punya Rumah, kepingin ini-itu, hingga lalai berdzikir.

94. Beberapa karyawan, bisa naik haji. Beberapa pengusaha, bisa naik haji dan menghajikan orang lain.

95. Beberapa karyawan, bisa ikut majelis ta'lim maupun majelis dzikir. Beberapa pengusaha, bisa ikut majelis ta'lim dan majelis dzikir, sekaligus membiayai kebutuhan majelis ta'lim dan majelis dzikir.

96. Pengusaha, berkemungkinan lebih untuk menggeser industri maksiat seperti halnya Diskotik, musik maksiat, film maksiat, sekulerisme, liberalisme, kapitalisme, dan doktrin sesat lainnya serta melawan pasukan musuh dalam perang pemikiran (ghazwul fikri), dikarenakan atas izin Allah, mereka diamanahkan kelebihan harta dan waktu.

97. Kerja itu bukan sekadar buat nyari gaji. Tapi juga nyari ilmu, pengalaman, relasi, informasi, data, hasil segmentasi, studi kasus, modal, dan integritas, dan sebagainya. Jadi, sama sekali tidak ada salahnya bila kerja dulu jadi karyawan. Tapi, jangan lama-lama. Apalagi selamanya (Kecuali, kalau ndak punya rencana pingin cepat berkontribusi dengan salah satu ikhtiar pribadi).

98. Beberapa karyawan, bisa keluar dari kesulitan. Beberapa pengusaha, bisa keluar dari kesulitan dan membantu orang keluar dari kesulitan.

99. Insya Allah, beberapa pengusaha bisa membantu Irak agar minyaknya tidak dikuasai Amerika melulu. Agar sebagian Palestina tidak dikuasai Israel melulu.

100. Untuk bisa menjadi negara yang maju, suatu negara kudu memiliki 2% pengusaha diantara seluruh penduduknya. Di Indonesia, belakangan ini jumlah pengusahanya ada sekitar 0,18% dari penduduknya. Padahal, kalau Malaysia, 5%. Singapura, ada 7%. Jepang, 10%. Amerika, ada 11%.

101. Karyawan yang resign itu mulia, karena telah membuka satu lapangan pekerjaan.

* Sebetulnya sih alasannya lebih dari 101. Jadi, yah begitu.
Sekali lagi, ini bukan sekadar iming-iming. Tapi ini fakta, beberapa pengusaha dan beberapa karyawan yang curhat. Makanya saya bilang "beberapa" dan "kadang", bukan "semua" dan "selalu". Daripada tersinggung, mending berubah. Daripada ngiri, mending nganan. Hehehe!

Karena memang, aslinya mau menjadi karyawan atau pengusaha tidaklah langsung menjadikan kita mulia.

Ntah itu "karyawan" atau "pengusaha" itu cuma "alat", persoalannya, dengan "alat" itu, kita pakai untuk apa? Apakah kita jadi lebih mudah berderma? Apakah kita jadi lebih punya waktu untuk ibadah? Atau malah membantu kita jadi makin jauh dengan keluarga? Jadi lalai ibadahnya? Atau apa? Pokoknya, apapun yang kita lakukan, itu tergantung dari niatnya.

Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam Syurga).” (QS. Saba’: 37) SUMBER


Tidak ada komentar:

Posting Komentar